Berita

Fenomena Alam, Matahari Tanpa Bayangan

Diterbitkan

-

Fenomena Alam, Matahari Tanpa Bayangan

Jember, Memontum – Hairlinda bersama 3 orang temannya yang tergabung dalam Forum Komunikasi Astronomi Amatir Lintas Jatim (Fokalis Jatim) Siswa SMP Nuris yang berada di Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, melakukan observasi terhadap fenomena alam tentang matahari tanpa bayangan, Senin (14/10/2019) siang.

“Jadi pada hari ini, tepat pada saat matahari sedang berada di titik kota Jember, sehingga bayang-bayang jatuh tepat pada dibawah benda. Jadi ini terjadi fenomena, yang terjadi ialah Jember tanpa bayang-bayang,” kata Hairlinda usai melakukan observasi di tempatnya mengajar di SMP Nuris Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari.

Perempuan alumni dari Devisi Keilmuan Astronomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember Pendidikan Fisika tepat pada pukul 11.1 benda yang diberdirikan seakan-akan tidak nampak ada bayang-bayangnya.

“Fenomena ini tepat terjadi hampir pada bagian bumi, dan khususnya pada bagian Indonesia itu terjadi dua kali, yakni pada bulan Maret dan September,” terangnya.

Advertisement

Secara kebetulan, lintang dari kota jember sekitar 7 derajat dan itu melebihi dari tanggal 23 september, dan tepatnya pada tanggal 14 Oktober 2019 atau hari ini.

“Fenomena ini untuk daerah Jawa Timur berlangsung selama 5 hari, dari berbagai kota yang berbeda, dan termasuk tanggalnya juga berbeda,” tuturnya.

Kalau untuk di indonesia, berlangsungnya periode ini 21 September hingga akhir Oktober nanti. Sedangkan yang menjadi menarik disini adalah bahwa bayangan yang terbentuk, itu tiba-tiba seakan menghilang, padahal tidak.

“Fungsi kami melakukan observasi ini ialah bahwa pernyataan hilangnya bayangan itu bukan menghilang, tapi dia tegak lurus dengan benda. Sehingga bayangan seakan-akan menghilang,” katanya.

Advertisement

Untuk daerah Jember, Harilinda menyatakan kejadian ini hanya terjadi pada hari ini saja (14/10/2019) tepat pada pukul 11.11. Setelah itu, nanti kembali seperti biasanya dan tidak tegak seperti fenomena kali ini. Sedangkan untuk daerah lain, akan ada tanggalnya sendiri-sendiri dan ini bisa langsung di cek di info BMKG.

“Memang setiap tahun ada, dua kali periode dalam setahun. Fenomena ini terjadi karena, garis khatulistiwa lurus dengan matahari dan terjadi dua kali dalam setahun,” ungkapnya.

Hairlinda mengaku, sebenarnya ingin melakukan observasi diluar tempatnya mengajar, namun karena ada kewajiban terpaksa harus melaksanakan di tempatnya mengajar dan sekaligus menjadi edukasi para siswa-siswinya.

“Peristiwa ini biasanya di pakai untuk meluruskan arah kiblat, dimana matahari tepat diatas kiblat, kita bisa melihat bayangan kearah mana, maka kita bisa meluruskan kemanakah arah kiblat,” ujarnya.

Advertisement

Guru yang mengajar mata pelajaran Fisika dan Astronomi itu juga menyampaikan jika beberapa hari kedepan bumi akan terjadi suhu panas. Karena sinar matahari semakin panjang jaraknya, semakin dipanasi maka semakin panas.

“Bagian Indonesia, tahun ini akan gerhana Matahari cincin pada bulan Desember mendatang, tepatnya berada di wilayah Riau,” bebernya. (gik/yud/oso)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas