Kabar Desa

Bagai Simalakama, Konflik Petani dan Petambak di Jember

Diterbitkan

-

Bagai Simalakama, Konflik Petani dan Petambak di Jember

Memontum Jember – Ratusan warga yang berasal dari 2 kelompok petani dan petambak berbondong-bondong mendatangi Kantor Desa Mayangan Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember guna mencari titik temu terkait pro dan kontra dibukanya 2 pintu tanggul penahan air laut atau kelep Kalimalang Rabu (15/7/2020) siang.

Kedua kelompok ini mempunyai kepentingan, yang saling tolak belakang. sama-sama ingin memanfaatkan fungsi dari kelep peninggalan kolonial Belanda, yang sejak awal pembangunannya memang difungsikan sebagai penahan air laut, sehingga ketika laut pasang datang, air asin tidak sampai masuk ke sungai lantas mengalir ke areal pertanian.

Dalam persoalan ini, petani palawija menuntut agar pintu kelep di fungsikan kembali seperti sedia kala. Sebab jika pintu kelep tetap dibuka, bisa berakibat matinya ratusan hektar tanaman palawija milik warga petani yang disebabkan oleh masuknya air asin menuju ke lahan pertanian.

Sebaliknya, para petambak ingin agar pintu kelep tetap dibuka saja.Agar kebutuhan air asin untuk budi daya udang panami, bisa terpenuhi dengan mudah.

Advertisement

Bagai makan buah simalakama, jika pintu kelep dibuka air laut akan membanjiri lahan pertanian dan akan menyebabkan kematian pada tanaman petani, sedangkan jika pintu kelep ditutup,petani tambak tidak bisa budi daya ikan dan udang, karena tidak ada pasokan air asin yang bersumber dari lautan.

Dalam pertemuan dua kelompok ini berjalan sangat alot. Sesekali diwarnai perdebatan sengit dan adu argumen dari masing-masing kelompok demi mempertahankan kepentingan masing-masing. Alhasil pertemuan yang difasilitasi pihak Muspika Gumukmas dan Dinas terkait berakhir deadlock tanpa menghasilkan apa-apa.

H Said salah satu Petani usai acara menyampaikan, Ia ingin semua kepentingan baik itu petani tambak maupun petani palawija, semua diakomodir oleh pemerintah. Katanya, jangan hanya salah satu, karena ini titik-titik perpecahan dan akan menjadi permasalahan besar kalau tidak segera diatasi.

“Kita sebagai petani juga memiliki harapan yang besar, memiliki cita-cita yang besar dari pertanian kami, kami juga mempertahankan kelangsungan hidup kami ke depan.Anak-anak kami juga ingin sekolah, masa depan kami sebagai petani bagaimana, tolong itu sama-sama diperhatikan, ” ujar Said.

Advertisement

Said memaparkan, sebenarnya awal mula dibangun kelep oleh Kolonial Belanda dahulu, guna untuk penahan air laut agar tidak masuk ke kawasan pertanian.Namun seiring perkembangan jaman, ada sebagian petani yang berpindah profesi menjadi petambak dan baru kemudian muncul permasalahan.

“Jadi sebenarnya kelep itu awalnya gak ada masalah, ketika ada sekelompok petani yang beralih profesi menjadi petambak maka mereka membutuhkan air asin, maka terjadilah konflik antara petani dan petambak, ” tambahnya.

Ketika kelep berfungsi secara penuh untuk kepentingan pertanian, akhirnya menjadi masalah bagi petambak.Tapi ketika petambak membutuhkan fungsi kelep karena membutuhkan air asin, maka jadi masalah bagi petani

“Dan selama ini bagi kita dengan adanya dibukanya kelep itu juga masalah, karena air asin itu masuk ke areal sawah. Berulang kali petani menanam padi atau pun jagung itu mati, jadi permasalahannya disitu, ” terang Said.

Advertisement

Permasalahan ini, lanjutnya, bukan berhenti sebatas kelep saja, konflik kepentingan 2 kelompok warga yang sudah berjalan selama bertahun-tahun belum ditemukan titik terang jalan tengah, semakin diperparah dengan jebolnya sungai tanggul yang terjadi tahun lalu yang hingga kini tidak segera diatasi.

“Sehingga air asin masuk, suplay air tawar yang dari hulu tidak pernah ada, padahal air tawar itu sangat dibutuhkan bagi para petani, ” ucapnya.

Said berharap normalisasi segera terwujud, sehingga kebutuhan air tawar untuk petani yang dari tanggul bisa masuk, tanggul kelep pun bisa segera ada solusi walaupun tidak ditutup total.Sehingga air asin dan air tawar bisa masuk secara teratur sesuai kebutuhan ke masing-masing lahan milik petani maupun petambak. (bud/tim)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas