Berita

Dampak Banjir Hilir Sungai Tanggul, Erosi, Abrasi, 2 Titik Tangkis Kritis

Diterbitkan

-

Salah satu jembatan sesek yang terputus. (bud)
Salah satu jembatan sesek yang terputus. (bud)

Memontum Jember – Dampak banjir yang disebabkan besarnya intensitas hujan di hulu sungai Tanggul, pada Sabtu 22 Februari 2020 lalu, menyebabkan melebarnya sungai di bagian hilir yang berada di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, karena adanya erosi dan amblasnya bantaran sungai sampai tangkis. Kondisinya membahayakan bagi pemakai jalan dan lingkungan sekitar.

Heri prasetyo, Kepala SDA ( Sumber daya air) kecamatan Kencong mengatakan, di tangkis sungai ada 2 titik bantaran sungai yang amblas. Bukan hanya itu besarnya debit air saat banjir, juga menyebabkan 4 buah jembatan penyebrangan tradisional yang terbuat dari bambu (hembatan sesek ; red Jawa) di hilir sungai juga hanyut terbawa derasnya arus air bercampur sampah.

Salah satu bantaran sungai yang terkikis. (bud)

Salah satu bantaran sungai yang terkikis. (bud)

Sampah material Jembatan sesek Kata Heri akhirnya nyangkut tertahan di kaki jembatan, karena tekstur tanahnya pasir, sehingga gelombang air yang di kaki jembatan tersebut terus menggerus tanah di sekitar kaki jembatan. Akhirnya penopang (penyangga) jembatan tak mampu lagi menahan dan tepat tepat sekitar pukul 03.30 jembatan amblas dan roboh,

“Jadi amblasya jembatan itu secara perlahan, bleeessss…. sebelum akhirnya hilang terbawa arus,” terang Heri.

Heri menerangkan, bantaran di tangkis sungai yang rusak berat menjadi lebih panjang yang semula 98 m menjadi 117 m, karena membahayakan maka tangkis sungai ditutup tidak boleh di lalui.

Advertisement

“Amblasnya bantaran sungai sudah mencapai tangkis dan juga rusak hingga membentuk tebing curam, jadi sangat membahayakan.” terangnya.

Agar bantaran sungai tidak samapi terkikis lebar Heri mengaku sudah berkordinasi dengan Propinsi dan juga SDA Jember.

“Kita sudah menginformasikan tinggal tunggu pelaksanaannya agar tidak melebar, terkait titik rawan yang rusak beraat di wilayah Paseban ada 30 kk yang terancam,” sebut Heri.

BACA : Demi Upah Rp 30 ribu, Buruh Tani Desa Paseban “Bertaruh Nyawa” Seberangi Sungai

Advertisement

Sementara Suprapto salah satu warga yang Rumahnya terancam di Desa Paseban, saat di konfirmasi mengaku saangat was was dan kwatir, dia tidak bisa membayangkan kalau sewaktu waktu air sungai besar dan tangkisnya jebol.

“Harapan saya dan warga desa mungkin sama, semoga tidak ada banjir lagi dan tangkis yang kritis itu segera diperbaiki,” pungkasnya. (Bud/yud/oso)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas