Berita

Kisah Mengerikan Perantau Jember dari Wamena, Api Tak Dapat Menyala

Diterbitkan

-

Kisah Mengerikan Perantau Jember dari Wamena, Api Tak Dapat Menyala

Jember, Memontum – Kesaksian pengungsi soal keanehan saat kerusuhan di Wamena dikatakan Muhamad Miftahul Fuad, pengungsi yang baru saja kembali ke rumah di Dusun Bendorejo, Desa Karangrejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember.

Bersama istri dan 2 anaknya tiba di Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Kamis (3/10/2019) sekitar pukul 15.00 dan 240 lebih pengungsi lainya, mereka diangkut menggunakan pesawat C 130 hercules dari Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh Malang.

Fuad mengisahkan upayanya bersama pengungsi lain dan keluarga bisa selamat kembali berkumpul bersama kedua orang tuanya di Jember.

Katanya, sebelum terjadi kerusuhan, aktivitas warga biasa-biasa saja, namun saat ia pulang usai menjemput anaknya sekolah, di tengah perjalanan terdengar bunyi letusan tembakan aparat yang berasal dari kantor Bupati.

Advertisement

“Kita masih tenang-tenang saja, biasa kalau letusan tembakan sudah kayak biasa gak kaget,” kata Fuad.

Lanjutnya, Fuad mencari jalan mau pulang, namun tidak bisa karena massa sudah banyak berkumpul. Kemudian datang aparat 2 truk yang menuju ke arah rumah.

Fuad sempat mengikuti dari belakang dan sampai rumah langsung masuk ke belakang ruangan. Di luar, terdengarlah suara desing peluru bertubi-tubi. Massa tanpak mundur.

“Tidak lama kemudian Polisi 2 truk itu mundur karena di lempari batu dan kembali ke Kota.Aparat sudah tidak ada, massa semakin beringas dengan membakar rumah-rumah, toko dan kendaraan di jalan-jalan,” jelasnya.

Advertisement

Fuad menyebutkan, massa selain membakar kendaraan di jalan-jalan dan rumah-rumah warga pendatang, kampus, termasuk supermarket yang terbesar di Wamena.

“Di situ terbakar semua, di tempatku juga di bakar. Namun Alhamdulillah gak nyala apinya, mati lagi, dibakar mati lagi. Itu yang bikin kita masih selamat dalam rumah, kemudian massa cari yang lain, mau membakar di tempat-tempat lain termasuk sebelah rumah,” paparnya.

Perusuh itu, ungkap Fuad, berpakaian seragam SMA, mulai dari orang tua, anak-anak remaja, ada juga asli pelajar, ada juga orang lain yang memang memanfaatkan kerusuhan tersebut.

“Seragam itu keliatan sudah lama, ada yang gak muat dipakai juga gak bisa dikancingkan. Memang sebelumnya ada demo pelajar namun aman-aman saja, cuma demo damai saja. Waktu sebelum kerusuhan pagi sudah ada demo yang dikawal aparat,” ucapnya.

Advertisement

Mereka berteriak-teriak, “bakar-bakar” sambil bilang,” merdeka-merdeka sambil membakar.

“Ada mobil lewat di hadang, orangnya gak boleh keluar langsung dibakar. Orangnya meninggal di dalam, tukang ojek dicegat kendaraan di bakar orangnya lari, namun jika kena dibantai juga,” jelas Fuad.

Bahkan pengungsi sempat bersatu untuk melakukan perlawanan. Kata Fuad waktu itu tempur dan bentrok karena massa mau menyerang ke kota, polisi tidak berani menghadapi.

Bentrok baku lempar, kepala kena batu itu sudah banyak sekali, hampir 2 jam.

Advertisement

Usai kerusuhan mereda, aparat gabungan TNI-Polri segera datang di lokasi kerusuhan dan memerintahkan warga yang bersembunyi di dalam secepatnya untuk keluar untuk di dievakuasi ke tempat yang lebih aman atau di tempat pengungsian.

Kemudian Fuad sekeluarga dan warga pendatang lainya segera mengikuti perintah dari aparat keamanan.

Masyarakat pendatang juga ada yang disandera oleh perusuh ada ratusan, untuk jaminan, warga pendatang yang disandera bisa dibebaskan, asalkan perusuh yang ditangkap petugas dilepaskan pula. Namun usai dilepas, mereka menyerang lagi.

“Di situ antara hidup dan mati, keluar mati di dalam ya mati kebakar, kalau terbakar, kalau gak terbakar ya selamat itu saja,” pungkasnya. (rir/yud/oso)

Advertisement

 

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas