SEKITAR KITA

Hari Ini, Beberapa Warga di Jember Sudah Berlebaran

Diterbitkan

-

Hari Ini, Beberapa Warga di Jember Sudah Berlebaran
LEBARAN: Warga Desa Suger, Kecamatan Jelbuk-Jember, saat melaksanakan lebaran yang waktunya awal dari pemerintah.

Memontum Jember – Pemerintah telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri, jatuh pada Kamis (13/05) besok. Keputusan itu diambil, pasca tidak terlihatnya hilal dari beberapa titik pemantauan.

Namun, tidak demikian dengan beberapa kolompok warga muslim yang hidup di Desa Suger Kidul, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Hari ini atau Rabu (12/05) tadi, telah melaksanakan ibadah Sholat Ied.

Baca juga:

Sejumlah warga, berlebaran lebih awal dari yang ditetapkan pemerintah. Warga yang berlebaran, berpatokan pada kitab Nuzhatu Al Majaalis Wa Muntakhobu Al Nafaais.

Pada kitab tersebut, dijelaskan berbagai hal terkait pelaksanaan ibadah puasa dan ibadah Sholat Ied, beserta hitungan-hitungan mengawali dan mengakhiri Bulan Ramadhan. Dari tahun ketahun waktu puasa, maupun Hari Raya mereka lebih awal dari yang ditetapkan pemerintah. Namun, adakalanya untuk pelaksanaan Lebaran, juga bersamaan.

Advertisement

Salat Ied sendiri, digelar di tiga lokasi berbeda. Seperti di Masjid Al Barokah Desa Suger Kidul hingga wilayah sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) Mahfilud Duror di desa setempat.

“Pelaksanaan dibagi menjadi dua lokasi terpisah, yakni untuk jemaah laki-laki di Masjid Besar. Kemudian, yang perempuan di Langgar (Surau, red) perempuan. Kemudian satu lagi, pelaksanaan berlangsung di Masjid Belakang Pondok. Jadi, ada tiga lokasi beda,” kata Pengasuh Ponpes Mahfilud Duror, KH Ali Wafa, saat dikonfirmasi di rumahnya usai Sholat Ied, kepada Memontum.com.

Terkait penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) Covid-19, kata Kiai Ali panggilan akrabnya, pada malam takbiran untuk wilayah tempat Sholat Ied, sudah dilakukan penyemprotan disinfektan.

“Kemudian saat pelaksanaan salat, Alhamdulillah kita sediakan masker. Meskipun juga akhirnya, tidak cukup karena kehabisan. Tetapi, jemaah juga banyak yang membawa sendiri dari rumah. Juga ada handysanitizer. Jadi, jamaah sudah menyadari kondisi oandemi Covid-19 sekarang ini,” katanya.

Advertisement

Menanggapi soal larangan mudik lebaran, Kiai Ali mengatakan, perlu juga diketahui bahwa para santri di Ponpes Mahfilud Duror, sudah banyak yang pulang. Bahkan, jauh-jauh hari sebelum ada aturan larangan mudik, sudah pulang terlebih dahulu.

“Tapi bagi santri yang tidak pulang, ya tidak mudik. Tetap ada di lokasi Pondok,” ucapnya.

Sementara untuk kegiatan lanjutan setelah Sholat Ied, kata Kiai Wafa, para santri dan santriwati juga masyarakat sekitar yang melaksanakan ibadah sholat Ied lebih awal, melanjutkan dengan kegiatan sambung silaturahmi antar jemaah.

“Biasanya terus lanjut mudik. Tetapi karena ada larangan, ya tidak kemana-mana,” ujarnya.

Advertisement

Perlu diketahui, untuk pelaksanaan Sholat Ied lebih awal, juga penentuan awal Puasa Ramadan, masyarakat muslim di Desa Suger, mengacu pada penggunaan Kitab Nuzhatu Al Majaalis Wa Muntakhobu Al Nafaais sebagai patokan.

Ajaran kitab ini, sudah turun temurun dipegang oleh Kiai dan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Mahfilud Duror di desa setempat.

Meskipun terkadang berbeda dengan ketetapan pemerintah, dalam kurun waktu 5 tahun sekali, ada hari awal ramadan ataupun awal syawal, yang bersama dengan pemerintah.

“Jadi kami tidak selalu berbeda. Kemudian setiap sewindu sekali atau 8 tahun sekali, ada hijtihad yang dilakukan untuk diperbaharui hitungannya,” papar pria yang juga akrab dipanggil Lora Ali ini.(rio/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas