Berita

Miris, Puluhan Tahun Darmo Tidur di Kuburan dan Keranda Mayat

Diterbitkan

-

Darmo warga Sukamakmur yang tinggal di lahan pemakaman. (gik)
Darmo warga Sukamakmur yang tinggal di lahan pemakaman. (gik)

Jember, Memontum – Kurang lebih sekitar sepuluh tahunan, Darmo (60) warga Dusun Langsatan, Desa Sukamakmur, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, bermukim (tinggal) di kuburan atau area pemakaman umum desa setempat.

“Sudah sepuluhan tahunan, rumah saya di selatan sana dan sekarang menetap di sini,” ucap Darmo saat ditemui memontum.com di gubuk kecil berukuran 2×3 meter, beratap genting dan berdinding Asbes, Kamis (8/1/2020) pagi.

Terlihat di gubuk itu hanya ada tempat tidur yang terbuat dari bambu dan sebuah bantal yang terbuat dari tumpukan kain – kain. Di dinding gubuk terlihat beberapa baju yang kusut bergelantungan, tak nampak ada tempat makanan seperti piring di dalam gubuk, terlihat tubuhnya terlihat kurus kering.

Menurut informasi yang diterima Memontum.com, pria berumur sekitar 60 tahun itu tinggal dan menetap di area pemakaman umum dan dekat dengan keranda mayat karena rumah miliknya telah dijual saudaranya.

Advertisement

Sementara Atim mantan Kepala dusun (Kasun) setempat mengungkapkan, awal sebelum Darmo tinggal di gubuk yang yang ada di area pemakaman, Darmo tinggal dan tidur di tempat keranda mayat.

Merasa kasihan, apabila dimusim hujan sering kehujanan, akhirnya warga sekitar membuatkan gubuk diarea pemakaman. Atim pun mengizinkan Darmo untuk menempatinya.

“Rumahnya, dulu sempat saya bangunkan bedah rumah, saat saya menjabat kepala dusun di sini, namun setelah dibangun, tanahnya itu di jual sama bibinya dan waktu menjual, dirinya menjabat sebagai kepala dusun langsatan, ” ungkap Atim.

Menurut Atim, Darmo bukannya tidak mempunyai keluarga, anak pertamanya ada di Desa klompangan bersama istri pertama dan dari istri kedua. Anaknya mempunyai 2 anak dan tinggal di Desa Pancakarya.

Advertisement

“Bahkan dulu, saat tanahnya dijual, minta tanda tangan anaknya si bibi, pertama dulu bukan di sini, numpang lahan yang ada di tengah sawah Darmo,” ucapnya.

Sedangkan untuk makan kata Atim, Darmo hanya pasrah kepada belas kasihan warga setempat, namun terkadang Istri pertamanya berkirim makanan namun tak setiap hari. Warga setempat, terkadang bila ada yang menyuruh Darmo bersih-bersih, barulah ia menerima makan.

“Beberapa bulan belakangan ini, tidak pernah mengetahui saudara atau anak-anaknya berkirim makanan, bahkan anaknya, tidak pernah nampak ada yang ke sini. Perlu diketahui yang buat tempat ini saja tidak ada saudaranya yang bantu. Ini saja dana diambilkan uang kas dari RKM dan dibantu warga,” tambahnya. (gik/yud/oso)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas